Jejamo.com, Mesuji – Sekitar 1.500 orang petani yang tergabung dalam Persatuan Petani Moro-Moro memperingati Hari Buruh Internasional dengan menggelar aksi demonstrasi di Jalan Lintas Timur wilayah Kecamatan Wayserdang, Kabupaten Mesuji, Senin kemarin, 1/5/2017.
Para peserta aksi melakukan long march dari Simpang D hingga Simpang Asahan Wayserdang. Mereka menuntut kepedulian Pemerintah Kabupaten Mesuji terhadap persoalan perampasan tanah dan lahan petani.
Para petani yang melakukan konvoi menggunakan kendaaran sepeda motor dan mobil mendapat pengawalan dari sedikitnya 73 personel kepolisian dari Polres Mesuji. Aksi ini sempat membuat arus lalu lintas di Jalan Lintas Timur Mesuji macet sepanjang sekitar 17 kilometer.
Sahrul Sidik, koordinator lapangan aksi demonstasi tersebut, menyampaikan beberapa tuntutan dan kritik terhadap pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Selain meminta penghentian perampasan tanah dan monopoli tanah oleh perusahaan besar, mereka juga meminta adanya pengawasan terkait taman nasional dan pertambangan yang dieksploitasi sehingga berujung bencana asap di berbagai daerah.
Hal senada disampaikan Sikan, salah seorang warga Moro-Moro Register 45, yang meminta pemerintah daerah dapat membagikan tanah bagi buruh tani dan petani miskin.
“Jadi bukan hanya perusahaan saja yang diberi hak guna usah. Kami para petani di Mesuji juga butuh tanah untuk kehidupan,” ujarnya. Dia juga meminta pemerintah di tingkat hingga daerah mengendalikan harga sarana produksi pertanian, bibit, pupuk, dan obat-obatan.
“Selama 12 tahun terakhir kami warga Moro-Moro diberikan hak pilih oleh pemerintah, tetapi hingga kini akses pendidikan dan kesehatan masih dipersulit. Jadi kami minta kepedulian pemerintah untuk memperhatikan nasib kami,” ungkap Sikan.(*)
Laporan Buhairi Aidi dan Sunyoto, Wartawan Jejamo.com