Jejamo.com – Sekitar 2.000 wanita di Bosnia memprotes larangan mengenakan jilbab atau berhijab yang dikeluarkan negara itu. Mereka berbaris di pengadilan dan lembaga hukum selama sekitar satu jam di ibu kota negara, Sarajevo.
Meski telah dilarangan mengenakan jilbab sejak pemerintah Bosnia masih menjadi bagian dari Yugoslavia, namun larangn itu tetap berlaku setelah mendeklarasikan kemerdekaannya. Padahal, Bosnia memiliki banyak warga negara muslim.
Dari total populasi 3,8 juta warga Bosnia, sekitar 40 persen merupakan muslim. Sisanya sebagian besar adalah Katolik Ortodoks atau Kristen Katolik.
Aksi protes terbaru ini datang sebagai tanggapan atas keputusan dewan pengadilan tinggi Bosnia, yang melarang kehadiran tanda-tanda agama di lembaga peradilan. Bahkan aturan itu secara eksplisit menyebutkan larangan tanda agama pada jilbab.
Dilaporkan Tempo.co dari laman BBC, Senin, 8/2/2016, pada aksi protes tersebut, beberapa wanita terlihat memegang poster bertuliskan “Jilbab adalah hak saya”
Pemimpin aksi, Samira Zunic Velagic, mengatakan larangan itu sebagai “serangan serius terhadap kehormatan, kepribadian, dan identitas muslim,” ujarnya. Ia menegaskan, hal itu merampas hak bekerja para wanita muslim. Larangan itu juga dikutuk oleh para pemimpin politik dan agama Islam.(*)
Tempo.co