Jejamo.com, Lampung Tengah – Ribuan warga dari 12 kampungĀ yang ada di Kecamatan Seputihmataram, Lampung Tengah, bertahan tetap di luar rumah hingga dini hari demi untuk bertemu bupati mereka Mustafa.
Ronda pada Sabtu, 29/7/2017 dini hari di Seputihmataram berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Ribuan warga Kecamatan Seputihmataram bertahan menunggu, menyebar di sejumlah titik di lima kampung, Rejosari, Trimulyo, Qurnia, Utamajaya dan Sumberagung.
Warga sengaja bertahan hanya untuk bertemu langsung dengan Bupati Mustafa yang dijadwalkan ronda di Seputihmataram. Mereka juga menyambut bupati ronda ini di pos-pos ronda dan halaman rumah masing-masing.
“Sebagian memang tugas ronda, tapi yang lain, termasuk saya, ingin ketemu Bupati. Jumlah kampung di Lamteng ini sangat banyak. Walaupun setiap hari masuk kampung keluar kampung, belum tentu kami kebagian lagi dua atau tiga bulan ke depan,” kata Suwarno, warga Sumberagung, yang bertahan hingga pukul 02.00 dini hari untuk bertemu Bupati.
Warga yang berkumpul di sejumlah titik berbeda telah menyiapkan beraneka hiburan, ada hadrah, paduan suara, kuda kepang, salawat, dan lain-lain. Masing-masing titik kunjungan berupaya agar Bupati Mustafa bertahan selama mungkin.
Ronda malam itu baru berakhir sekitar pukul 03.30 WIB. Bupati bersama rombongan yang mengendarai sepeda motor sempat berhenti di puluhan pos ronda dan sejumlah titik dimana warga berkumpul.
Pada kesempatan itu Mustafa menegaskan ia terus konsisten hadir di pos-pos ronda, berpindah dari satu kampung ke kampung lain, satu kecamatan ke kecamatan lain, demi memberi semangat warganya dalam menjaga keamanan di lingkungan masing-masing.
Selain itu, lanjut Bupati, pada saat sarasehan, sebelum ronda dimulai, ia memiliki kesempatan untuk menyampaikan program pemerintah plus mendengar aspirasi warganya.
“Ini (ronda) harus terus berjalan. Bersama saya ada kepala-kepala dinas teknis yang bisa langsung ikut mendengar aspirasi warga Lamteng dan mencari solusi untuk berbagai persoalan,” kata Mustafa.
Di sela-sela ronda, orang nomor satu di Lampung Tengah ini juga sempat melakukan peletakan batu pertama pembangunan bedah rumah di salah satu rumah tidak layak huni milik warga di Fajar Mataram.(*)
Laporan Raeza Handani, Wartawan Jejamo.com