Jejamo.com – Rodrigo ‘Digong’ Duterte akhirnya memenangi pemilihan presiden Filipina setelah pesaing terdekatnya, Manuel Roxas, mengaku kalah dan mundur dari persaingan.
Sebelum Roxas mundur, lembaga pemantau penghitungan suara menunjukkan Duterte unggul lebih dari lima juta suara.
Berdasarkan data Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV), Duterte mengantongi 14,8 juta suara dari 90 persen surat suara yang telah dihitung. Sementara, Manuel Roxas berada pada peringkat kedua dengan 9 juta suara.
PPCRV ditugasi komisi pemilihan umum untuk memantau penghitungan suara, namun laporan lembaga itu tidak mewakili hasil resmi. Meski demikian, hasil perhitungan suara sementara itu sudah cukup bagi Roxas untuk menyerah.
“Ada banyak tangisan di ruangan ini. Tapi saya katakan kepada Anda bahwa ini bukan saatnya menangis. Bagi negara kita, kita telah mengalami pengalihan kekuasaan yang damai dan sukses,” ujar Roxas.
Kandidat presiden lainnya, Grace Poe, sudah terlebih dulu mengakui kekalahan. Dia berjanji “bekerja sama dalam proses pemulihan” setelah pada masa kampanye kelima kandidat bertarung sengit.
Untuk mendampingi Duterte, Leni Robredo amat mungkin menjabat wakil presiden. Perolehan suara politisi perempuan tersebut sedikit di atas Ferdinand “Bongbong” Marcos, putra mantan diktator Ferdinand Marcos.
Wartawan BBC di Manila, Jonathan Head melaporkan Duterte meraih banyak dukungan berkat janji-janjinya untuk menyingkirkan para pelaku kejahatan dan pejabat korup.
Pria yang saat ini masih menjabat wali kota Davao itu juga berikrar mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlementer. Di ranah kebijakan luar negeri, pria berjuluk ‘The Punisher’ itu mengatakan akan menempuh perundingan multilateral untuk menyelesaikan perseteruan Laut Cina Selatan. (*)
Tempo.co