Jejamo.com, Bandar Lampung– Tidak sedikit masyarakat di luar Kota Bandar Lampung harus menjalani pengobatan di rumah sakit. Melalui rawat jalan dan berbagai prosedur penyembuhan, ini menjadi beban tersendiri bagi masyarakat tidak mampu.
Untuk menjalani rawat jalan pasien tidak mampu dari luar Bandar Lampung biasanya harus menjalani kontrol beberapa kali baik dalam seminggu atau sebulan bahkan lebih.
Dengan demikian, pasien dan keluarga pasien yang tidak mampu tentu sangat membutuhkan rumah singgah sementara sampai proses pengobatannya selesai.
Hingga terbentuknya Rumah Singgah Peduli Lampung yang didirikan oleh Yayasan Peduli Generasi. Ini merupakan salah satu program dari yayasan tersebt sejak tahun 2014.
Rumah singgah menjadi rumah kedua untuk para pasien yang tengah berjuang untuk mendapatkan kesembuhan.
Bagi keluarga pasien, rumah singgah membantu meringankan biaya serta tempat tinggal, selama pengobatan.
Hal tersebut yang dirasakan Ratih (27), ketika akan mengobati anaknya yang berusia 5 bulan yang mengidap pembesaran kepala atau hydrocephalus.
Ia mesti ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek. Ratih yang berasal dari Kotabumi, Lampung Utara, ini mengaku senang bisa dibantu dan mendapat keringanan.
“Kalau bolak balik berapa duit aja. Di sini dapet pampers, dapet susu, makan bareng-bareng, dianter dijemput. Anakku berobat waktu operasi sarannya suruh ke sini, daftar nya pakai surat diagnosis juga,” ujarnya kepada tim jejamo.com saat datang ke Rumah Singgah, Rabu, 23/1/2019, Jalan Dr. Sam Ratulangi, No. 64, Kelurahan Penengahan, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.
Ratih mengaku sudah lima bulan tinggal di rumah singgah untuk menjalani rawat jalan anaknya.
Meski tinggal satu atap dengan pasien dan keluarga pasien lainnya, Ratih mengaku ada rasa kebersamaan melakukan pengobatan untuk penyakit yang tergolong berat.
Saling menjaga dan saling mendukung untuk kesembuhan pasien lain, bisa masak bersama-sama sesukanya.
“Harapan Ratih untuk Rumah Singgah Peduli, mudah-mudahan dapat donasi yang lebih banyak di sini, bisa membantu yang lain yang tidak mampu,”ujarnya.
Hal serupa juga dirasakan Siti Alfiah (31) yang menderita miom berasal dari Bakauheni, Desa Totoharjo, Lampung Selatan.
Ia yang telah tinggal di rumah singgah selama 10 hari bersyukur telah terbantu dengan adanya rumah singgah.
“Senang, tenteram, ada televisi, makan tercukupi, bisa bareng-bareng sama yang lain,” ungkapnya.
Begitu pula dengan Mawar (15) yang menderita tumor dan selesai menjalani operasi. Kini ia sedang melakukan rawat jalan. Ia berasal dari Desa Sukadaham, Padangcermin, Pesawaran.
“Senang d isini, sekalian kontrol, gak bosen,” ungkapnya.
“Alhamdulillah nyaman, terpenuhi,” ungkap Angga korban kecelakaan yang sudah 3 malam di rumah singgah yang sedang melakukan rawat jalan setelah operasi.
“Saya gagal ginjal, senang ada di rumah singgah. Saya cuci darah di RS Abdul Moeloek. Seminggu 2 kali cuci darah, saya bisa tinggal di sini semuanya gratis. Mungkin hanya membantu bayar iuran beli sayur aja, karena dimasak oleh ibu-ibu pendamping pasien di sini,” ungkap Kirman, pasien dari Kalianda, Lampung Selatan.
Terlebih rumah singgah dekat dengan Rumah Sakit Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Keberadaan rumah singgah mampu meringankan beban selama pengobatan. [Jenny Wulan Suryani]