Jejamo.com – Rusia, Iran, dan Turki resmi membangun aliansi baru untuk mengakhiri perang di Suriah yang sudah berlangsung hampir enam tahun lamanya. Menteri luar negeri dan menteri pertahanan dari ketiga negara kemarin, 20 Desember 2016, bertemu untuk membahas upaya penyelesaian damai di Suriah tanpa melibatkan Amerika Serikat dan Inggris.
Dalam pertemuan itu, dihasilkan kesepakatan yang disebut sebagai Deklarasi Moskow. Deklarasi ini digagas Rusia untuk mendapat persetujuan dari Iran dan Turki. Deklarasi Moskow berisikan kerangka kerja untuk mengakhiri konflik di Suriah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pihak-pihak yang mengikuti pertemuan dan membuat kesepakatan ini adalah pihak yang memiliki pengaruh nyata di Suriah. Hal ini tidak terjadi pada Inggris dan Amerika Serikat.
Sergey Shoygu, Menteri Pertahanan Rusia, menegaskan bahwa semua upaya Amerika Serikat dan sekutunya untuk menyepakati aksi terkoordinasi membuahkan kegagalan. “Tak ada satu pun di antara mereka yang memiliki pengaruh terhadap situasi di lokasi,” kata Shoygu mengutip Express, 20 Desember 2016.
Deklarasi yang disepakati ini, Shoigu melanjutkan, akan berdampak pada kesediaan ketiga pihak menjamin upaya penyelesaian krisis di Suriah. Saat ini, ujar dia, para pakar sedang bekerja untuk merampungkan teks Deklarasi Moskow untuk secepatnya diterapkan guna mengakhiri krisis di Suriah.
Rusia berharap deklarasi ini mendapat persetujuan dari Turki. Jika disetujui, Rusia meyakini kekerasan di Suriah dalam waktu cepat dapat diakhiri.
Rusia, yang menjalin aliansi lama dengan Iran, kini mulai membangun aliansi baru dengan Turki dalam penyelesaian krisis di Suriah. Pertemuan tiga negara ini diwarnai duka karena tewasnya Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey G. Karlov di Ankara pada Senin malam, 19 Desember.(*)
Tempo.co