Rabu, Desember 18, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Sangkaan Bripka Madih di Kasus “Polisi Peras Polisi” Tidar Berdasar

Pertemuan di ruang rapat presisi di Ditkrimum Polda Metro Jaya untuk meluruskan persoalan Bripka Madih, Minggu, 5/1/2023. | Dok.

Jejamo.com, Jakarta – Lahan yang diributkan anggota Polsek Jatinegara DKI Jakarta, Bripka Madih, ternyata lahan yang dihuni warga dan bukan lahan perumahan. Tanah itu sudah habis terjual oleh orang tuanya sejak 2011 dan sudah jadi permukiman warga.

Warga sekitar kelurahan tempat tinggal Madih menyebutkan warga di RT4 RW3 Jatiwarno, selama ini sudah resah dengan tingkah Madih sejak 2011 sepulang dari dinas di Kalimantan.

“Kami selama ini memang sudah resah dengan tingkah laku aneh Pak Madih ini. Sejak pulang dari tugas di Kalimantan. Warga tidak meladeni ulah-ulah Madih, karena warga menganggap Madih eror,” kata Ketua RW 3, dalam pertemuan berbagai pihak di ruang rapat presisi di Ditkrimum Polda Metro Jaya, Minggu, 5/1/2023.

Pertemuan dalam rangka meluruskan maraknya pernyataan Madih di media sosial dan media pers terkait Bripka Mahdi dihadiri Sekda Bekasi, Bu Camat, Lurah Jatiwarna, BPN Bekasi, aparat Kelurahan, RT, RW, tetangga Madih dan para warga yang dirugikan, dihadiri Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, dan para pejabat Ditreskrimum Polda Metro.

Pertemuan di andu Kombes Hengki Haryadi itu bahkan Bripka Madih hadir bersama istri ketiganya dan Mada adik kandungnya, dan satu orang temannya asal Jawa Barat yang kerap mendampingi dalam hal perjuangan tanah.

“Kita kumpulkan semua pihak, mulai warga, RT, RW, pihak Kelurahan, Kecamatan, Sekda, BPN, dan para penyidik, agar kita tabayun. Istilah pers itu berimbang ” kata Hengki.

Di hadapan peserta pertemuan, Madih sempat kekeh bahwa tanahnya diserobot warga, dan tidak pernah menjual tanah orang tuanya. Meski sudah dijelaskan oleh masing-masing pihak tentang sejarah tanah.

Saat ditunjukkan bukti-bukti dokumen akte jual beli hingga data pemerintahan serta hasil pemeriksaan, Madih terlihat kebingungan dan berkilah dengan mengajak bicara adik atau istrinya. Madih juga kerap tidak konsisten tentang lahan mana yang digugatnya.

Madih kerap menyangkal namun tidak bisa menunjukkan bukti atas ungkapannya dan tidak fokus pada apa yang dibahas. “Ya gak Mada, jangan takut pokoknya,” ucap Madih.

Lurah Jati Warna Karyadi menjelaskan bahwa Madih bersama istrinya pernah datang dan menyatakan tanahnya diserobot warga. Lalu pihak kelurahan melakukan kordinasi dengan BPN. Kemudian memediasi pihak Madih dan warga.

“Kami berkordinasi dengan BPN kemudian mencoba melakukan mediasi antara warga yang menempati tanah, dan pihak Pak Madih tidak pernah mau hadir. Meski berjanji akan hadir,” kata Karyadi.

Bahkan, kata Karyadi,  Madih sempat marah saat diantar undangan oleh petugas kelurahan. “Diundang dia marah dan tiba-tiba menuding kelurahan berpihak tidak netral. Bahkan petugas kelurahan sempat akan dipukul. Kami menghargai karena Madih ini polisi dan selalu berseragam,” kata Karyadi.

Pihak kelurahan juga menjadi bingung kantornya didemo warga karena PTSL mereka tertunda padahal sudah diukur sesuai dokumen yang mereka miliki. “Warga demo kelurahan karena dirugikan,” katanya.

Ketua RW 3, Nuraisyiah alias Upik menjelaskan bahwa Madih adalah teman kecilnya. Sebelum menjadi RW, dia juga sempat lima tahun menjadi RT. “Kami dilapori warga, Bripka Madih datang bersama sekitar 10 orang yang bukan warga mereka. Mematok tanah depan rumah warga  bangun pos dan masang spanduk. Warga resah, sementara diam karena menghargai beliau polisi,” katanya.

Bahkan kata Upik, Pak Madih kerap membuat ulah yang aneh. Seperti meneror guru yang mengajar, memasang setrum di tiang listrik. “Jadi yang sebenarnya warga sudah resah dengan arogansi Madih ini. Karena ulahnya bahkan nyaris digebuki Brimob dan TNI, tapi tetap dilindungi warga,” kata Upik.

Menurut Upik, sikap aneh Madih itu mulai terjadi saat dia pulang dari tugas di Kalimantan. “Tahun 2011 pulang tugas dari Kalimantan mulai aneh kelakuannya. Bahkan warga memaklumi kelakuan aneh itu dan beranggapan Madih eror,” kata Upik.

Ketua RT4 Tuin, menyebutkan hal yang sama. Tuin mengaku juga kaget saat dilaporkan warga ada sekelompok orang dipimpin Madih mematok tanah warga. “Warga lapor, saya masih kerja. Pulang kerja saya cek benar. Mereka bangun pos dan pasang banner di rumah Pak Viktor. Maka kami anterin lapor ke polisi,” kata Tuin.

Lahan yang disoal itu kini sudah dihuni warga. Empat lahan di antarnya sudah bersertifikat, 10 masih berstatus akte jual beli (AJB). Mahdi juga menggugat berdasarkan berkas-berkas yang diragukan keasliannya, dan berdasarkan katanya, tanpa ada bukti.

Ironisnya tidak pernah mau dipertemukan dengan pihak-pihak yang dianggap sebagai pihak yang bersengketa. Madih kemudian membawa 10-an orang diakui sebagai teman-teman asal Jawa Barat, yang kerap menjadi teman diskusi bagaiman memperjuangkan lahan.

Mereka datang bawa menduduki lahan dan memasang plang di rumah warga dan buat pos dan masang spanduk. Warga sudah siap punya data-data hak tanah. Bahkan warga satu RW siap dan sudah tak tahan dengan teror Madih. Warga pun akan beramai-ramai melapor ke Polda Metro Jaya.(*)

Populer Minggu Ini