Kamis, November 14, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Sapi Ternyata Salah Satu Penyebab Pemanasan Global

Ternak Sapi
Ternak sapi diketahui menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena gas metana yang dikeluarkannya | mukhtar-api.blogspot.com

Jejamo.com – Pembakaran fosil dan penggundulan hutan kerap dituding sebagai penyebab utama pemanasan global yang dipengaruhi emisi gas rumah kaca. Namun nyatanya, gas metana yang banyak dikeluarkan oleh ternak terutama sapi juga punya andil besar.

 

Sejumlah peneliti bahkan memperkirakan besaran pengaruh ternak sebagai penghasil gas metana hingga 14.5 persen.  Peneliti International Livestock Research Institute (ILRI) Kenya, Asaah Ndambi mengatakan, kian meningkatnya konsumsi daging ternak sapi di seluruh penjuru dunia telah mempengaruhi terus meningkatnya temperatur bumi.

 

Kian makmurnya sejumlah daerah di Asia dan Afrika menyebabkan permintaan berbagai olahan ternak meningkat tajam. Oleh karena itu, menurut Asaah Ndambi, salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mengurangi efek rumah kaca dari sektor ternak adalah mengubah pola konsumsi warga dunia.

 

“Kebiasaan masyarakat India tidak makan daging sapi perlu dilestarikan. Itu akan ikut mencegah meningkatnya pemanasan global,” kata Asaahdi New Delhi, India. Seperti dikutip Tempo.co.

 

Metana  adalah gas tidak berbau yang menimbulkan efek rumah kaca. Pemanasan global disebabkan oleh naiknya jumlah emisi gas rumah kaca, termasuk diantaranya adalah metana. Gas yang dikenal dengan CH4 ini mempertipis lapisan ozon yang melindungi bumi, sehingga suhu naik.

 

Selain berasal dari penguraian sampah organik, metana muncul dari aktivitas pertanian dan transportasi. Sekitar 50 persen metana diproduksi dari aktivitas manusia di sektor pertanian.  Dari jumlah itu, 60 persen berasal dari pencernaan di tubuh ternak.

 

Laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun lalu pun menunjukkan bahwa emisi dari sektor pertanian, termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan telah meningkat dua kali lipat dalam 50 tahun terakhir dan akan bertambah 30 persen pada 2050 bila tak ada upaya luar biasa untuk menguranginya.(*)

 

Tempo.co

 

Populer Minggu Ini