Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebanyak 25 anak dibawah asuhan Ustadz Amri dan Siti Syakiroh terpaksa harus meninggalkan yayasan Panti Asuhan Nurul Jamil yang terletak di Jalan Flamboyan, Kelurahan Labuhan Dalam, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung.
Pengasuh Panti, Ustadz Amri mengatakan, sudah dua hari dirinya bersama 25 anak meninggalkan yayasan panti tersebut karena mereka diusir oleh pemilik yayasan, puluhan anak itu sempat tinggal di rumah warga setempat.
“Kami meninggalkan yayasan itu, karena, diusir oleh pemilik yayasan H. Efendi, sebab dia kerab berlaku kasar dan berselisih paham dengan kami,” ujarnya kepada jejamo.com, Rabu, 31/8/2016.
Ia menambahkan, kini dirinya bersama anak-anak tersebut terpaksa tinggal di salah satu rumah warga yang tidak jauh dari lokasi yayasan. Selain itu, dirinya juga mendapat bantuan dari salah satu komunitas untuk keperluan barang-barang di rumah baru.
” Alhamdulillah… selain sudah dapat tempat tinggal buat anak-anak kami juga dapat bantuan untuk fasilitas anak-anak dari komunitas sosial yang peduli terhadap kami,” tambahnya.
Sementara itu, Siti Syakiroh (25) istri dari Ustadz Amri sekaligus pengasuh menuturkan, dirinya bersama suami serta anak-anak meninggalkan yayasan Nurul Jamil, karena, pemilik yayasan Haji. Efendi bersama keluarganya sudah tidak mengizinkan mereka untuk tinggal di yayasan tersebut.
“Alasan Haji Efendi dan keluarga menuduh kami mengajarkan aliran sesat kepada anak-anak yang menjadi santri Nurul Jamil, mereka juga bilang kami aliran sesat karena. Waktu itu sebelum kami diusir, kami tidak salat di masjid lantaran anak-anak malam itu sedang menghadiri acara di Novotel, disitulah mereka bilang kami ini sesat,” jelasnya.
Siti mengatakan saat ini dirinya bersama puluhan anak yatim sangat membutuhkan bantuan. Sebab, fasilitas yang ia tumpangi sementara tidak memadai, bahkan, anak-anak harus tidur di atas ubin beralaskan sehelai karpet.
Siti menjelaskan, anak-anak yatim yang diasuhnya rata-rata masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama(SMP), anak-anak tersebut membutuhkan fasilitas untuk sekolahnya.
“Anak-anak hampir tidak memiliki kelengkapan sekolah yang memadai, bahkan, ada beberapa dari anak-anak itu biaya daftar ulang nya masih ada yang nunggak,” pungkasnya.
Dan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan melakukan kegiatan tempat yang baru ini Mereka terpaksa harus menumpang di sebuah musala yang tidak jauh dari lokasi tempat mereka tinggal.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com