Jejamo.com, Bandar Lampung – Umar Ali (54), warga Jalan Kayu Manis, Kelurahan Sepang Jaya, Way Halim, Bandar Lampung, mengaku mengalami penculikan dan penganiayaan yang dilakukan oleh rekannya di Partai Hanura sekitar pukul 21.00, Kamis 25/2/2016.
Umar Ali mengatakan, pelaku penganiayaan tersebut bernama N, U dan I, yang ia duga telah merencanakan penganiayaan tersebut karena didasari hutang piutang dan sakit hati.
Umar mengaku akibat penganiayaan tersebut, korban yang merupakan Sekretaris DPC Partai Hanura Kabupaten Pesawaran mengalami luka lecet di pelipis mata dan memar di dadanya. Akibat peristiwa itu Umar menjalani perawatan di Rumah Sakit Bumi Waras, Bandar Lampung.
Ia menceritakan pada Kamis kemarin sekitar pukul 20.30 WIB, salah satu pelaku yang merupakan temannya N menjemput dirinya di rumahnya.
“Saya dijemput N yang sudah lama tidak bertemu. Rencananya kami mau nongkrong di PKOR,” ujarnya kepada Jejamo.com saat ditemui di Rumah Sakit Bumi Waras. Jumat 26/2/2016.
Umar melanjutkan, namun dalam perjalanan, mobil yang dikendarai N menyimpang ke arah Kemiling dengan tujuan rumah U di Pesawaran dengan alasan akan menagih hutang sebesar Rp18 Juta.
“Setelah sampai di rumah U, saya menunggu di dalam mobil, N yang masuk ke dalam rumah. Nggak lama datang I yang merupakan kerabat U menjemput saya agar ikut masuk ke dalam rumah. Sudah dijemput itu, saya jadinya ikut masuk,” ungkap Umar.
Umar mengaku, saat berada di dalam rumah ia dipukul oleh tiga pria itu dan tidak dapat melawan.
“Kalau U saya pikir pukul saya karena terkait masalah keributan sebulan yang lalu, tetapi saya bingung N yang adalah teman saya dan tidak pernah bermasalah dengan saya itu ikut pukul saya,” katanya.
Umar mengaku mengalami penganiaya berupa pemukulan di bagian kepala dan hantaman asbak roko di dada, serta dicekik lehernya.
Setelah memukul, ketiga pelaku tersebut kemudian menjelaskan alasannya menganiaya korban yaitu Agar korban menghubungi Supriyadi yang merupakan Ketua DPC Partai Hanura Pesawaran untuk datang ke rumah U dan membayar hutangnya semasa kampanye legislatif lalu.
“Mereka itu memanfaatkan kedekatan saya dengan Supriyadi dan menyuruh saya hubungi Supriyadi untuk membayar hutang. Sebab, menurut U, dana yang dipakai Supriyadi adalah dana yang dipinjam dari U. Mereka itu sama-sama nyalon, tetapi U gak jadi dan Supriyadi jadi,” jelasnya.
Umar melanjutkan, karena saat ditelpon handphone Supriyadi tidak aktiv, ia kemudian disekap di rumah U di lantai dua. Namun ia kemudian menghubungi keluarganya melalui SMS.
Setelah itu, lanjut Umat, tidak lama kemudian, keluarganya datang sekitar pukul 22.30 wib. Sebelumnya, pihak keluarga telah menghubungi polisi.
“Waktu keluarga saya datang, yang ada di rumah hanya tinggal U, sedangkan I dan N telah melarikan diri. Setelah ditangkap, U kami serahkan ke Polda Lampung, tetapi sekarang berada di Polsek Gedong Tataan,” terangnya.
Dia menambahkan, atas penganiayaan tersebut, ia menginginkan agar kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini dan melakukan pengejaran terhadap dua pelaku lainnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com