Jejamo.com – Semut jepang yang memiliki nama latin Ulomoides sp kini kian populer dibudidayakan warga di tanah air. Hewan yang secara genetika lebih dekat dengan keluarga kumbang ini populer di Indonesia karena diyakini bisa mengobati berbagai penyakit. Banyak orang yang mengonsumsinya, meski menurut peneliti khasiat belum terbukti secara ilmiah.
Lalu bagaimana sebetulnya keamanan mengonsumsi serangga? Bagi beberapa orang, ide seperti ini mungkin terdengar menjijikkan.
Pramesa Narakusumo, salah seorang ahli serangga di Laboratorium Entomologi Serangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, nyatanya tren mengonsumsi serangga seperti semut jepang memang sedang naik. Bukan karena alasan manfaat khasiat yang dimiliki si serangga tapi karena masalah ketahanan pangan.
Lembaga internasional Food and Agriculture Organization (FAO) menyebut bahwa serangga merupakan sumber makanan yang nutrisinya tak kalah dengan sumber makanan hewani lain dan lebih ramah lingkungan. Sebagai perbandingan misalnya, di lahan yang sama untuk menghasilkan 200 gram daging sapi, seseorang bisa memperoleh 2 kilogram larva serangga layak makan.
Kerabat dekat semut jepang, larva Tenebrio molitor atau dikenal juga dengan nama ulat hong kong misalnya memiliki nutrisi yang menurut data FAO hampir mirip dengan daging sapi. Protein pada ulat hongkong ada di nilai 49,1 sedangkan lemaknya 35,2 sementara daging sapi proteinnya 55 dan lemaknya 41.
“Protein berbasis serangga itu memang tidak kalah. Kalau untuk potensi kandungan nutrisi dia itu baik, bahkan ada beberapa jenis yang kalsium proteinnya lebih tinggi daripada daging,” ujar Pramesa, Rabu, 6/4/2016.
“FAO sedang intens meneliti ini karena serangga kan relatif lebih mudah didapatkan dan berkembang biak lebih cepat,” tuturnya.
Hanya saja perlu diakui juga ada beberapa masalah yang masih harus dihadapi bila ingin menjadikan serangga sebagai pangan sehari-hari. Alasan pertama adalah karena manusia secara global tak terbiasa, ada kemungkinan tak semua nutrisi bisa diserap dengan baik seperti dikatakan oleh seorang ahli diet serangga, dr Sarah Beynon.
Pramesa juga menambahkan, ada kemungkinan juga rentan muncul alergi pada orang-orang. Alasannya sama yaitu karena tak terbiasa dengan protein dari serangga sehingga imunitas tubuh bereaksi.(*)
Detik.com