Jejamo.com, Pringsewu – Sudah empat hari saya menghabiskan waktu di SMAN 1 Gadingrejo. Novel saya, Ghandaru, diminta Lensa Siger Film untuk naik layar lebar nasional.
Soal mengapa sebagian besar lokasi shooting dilakukan di sekolah favorit ini semata karena respons yang bagus dari pihak sekolah. Kepala SMA Negeri 1 Gadingrejo Jumani Darjo mendukung penuh film layar lebar pertama yang hampir semua pemainnya dari sekolah ini.
Intensitas pertemuan yang rapat membuat semua kru merasa seperti saudara. Film yang terbilang nekat dengan biaya swadaya ini bercerita soal keberanian anak anak SMA dalam melawan pungli di sekolah. Praktik culas itu dilakukan beberapa oknum guru.
Yang membuat saya kaget, Jumani Darjo, usai membaca semua naskah dalam novel, tidak keberatan. Padahal, film dan novel itu sedikit banyak “menelanjangi” praktik pungli di institusi pendidikan. “Saya dukung, lanjut saja,” kata dia kepada saya beberapa hari lalu.
Sekolah ini buat saya cukup menarik. Anak anak di sekolah ini pandai dan aktif dalam banyak organisasi. Hujan deras yang kerap mengguyur tak membuat mereka urung berkegiatan.
Seperti sore ini, hujan deras mengguyur kabupaten ini. Semua kru film yang sedang take gambar sesi akhir scene pun terpaksa berteduh di aula. Inilah untungnya sekolah punya aula. Jika hujan, latihan bisa dialihkan.
Anak anak yang ikut Paskibraka, tetap berlatih. Grup dance yang sedang bersiap ikut DBL pun tetap berlatih. Unjuk kebolehan dilakukan secara antre. Saat satu sesi Paskibraka selesai latihan,grup dance yang maju. Demikian sebaliknya. Sementara semua kru dan pemain film Ghandaru ikut menonton dan memberikan semangat. Sebuah potongan senja yang hangat.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com