Jejamo.com, Kota Metro – Sejumlah ketua Rukun Warga (RW) di Kota Metro yang wilayahnya kerap terdampak banjir akibat hujan deras mengaku kesal dengan sikap Pemerintah Kota (Pemkot) Metro yang dinilai justru makin menyusahkan masyarakat.
Pascabanjir pada Senin, 23 Oktober 2022 kemarin, misalnya. Belasan rumah di kawasan permukiman warga terendam air. Kondisi yang bisa lebih parah jika hujan turun lebih deras. Salah satu penyebab yang bikin warga dan pamong kesal adalah infrastruktur saluran air yang tidak kunjung dinormalisasi.
Contohnya drainase di wilayah Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat. Bahkan, keberadaan penutup saluran irigasi yang terdapat di samping SD Negeri 12 Kota Metro itu dinilai malah menyumbat saluran air.
Dua orang pamong di wilayah itu merasa kecewa dengan sikap Pemkot Metro. Mereka menilai pemkot tidak serius dalam menangani banjir yang bertahun-tahun menjadi keluhan warga.
Ketua RW 04, Talman mengungkapkan kekesalannya. Dia kerap menerima keluhan warga, bahkan menyaksikan rumah-rumah masyarakat di lingkungannya digenangi air dalam volume yang besar, sementara Pemkot Metro dari tahun ke tahun, dinilainya tidak pernah melakukan tindakan nyata.
“Setidaknya, ada lah tindakan. Meski tidak bisa tuntas sekalipun, setidaknya bisa mengurangi besaran air. Karena, ini kalau dibiarkan kondisinya seperti ini terus tanpa ada upaya yang konkret, ini bisa lebih besar lagi banjirnya, apalagi kalau hujan lebih deras. Kalau tidak serius menyikapinya, ya gawat sekali ini,” ungkap Talman saat diwawancarai Jejamo.com, Sabtu, 29/10/2022.
“Tindakan yang kami harapkan, Pak Wahdi misalnya, ayo tunjukkan, tunjukkan ke masyarakat kalau benar akan bertindak. Apalagi kan dia itu independen, dipilih bukan dari partai, murni masyarakat yang pilih dia. Tunjukkan kalau dia bisa minimal mengurangi penderitaan masyarakat yang disebabkan banjir ini. Kalau tidak bisa tuntas tidak apa, saya mengerti kesulitannya. Minimal mengurangi saja sudah, itu artinya memang ada upaya bertindak, kan gitu. Jangan cuma meninjau, melihat, kasih bantuan ini itu lah, tapi gak bikin ngurangin banjir,” tambahnya lagi.
Banjir yang sering terjadi di Komplek Pemda itu diduga Talman merupakan akibat dari masifnya pembangunan rumah yang tidak diimbangi dengan perawatan infrastruktur saluran air di sekitarnya. Saat ini, bahkan tidak lagi ada daerah resapan air di daerah permukiman penduduk itu.
Sebaliknya, keberadaan ornamen cor semen, penutup saluran irigasi di samping SD Negeri 12 Kota Metro justru dianggap Talman menyusahkan warga. Karena tiang-tiang fondasi penutup irigasi itu sering menyebabkan sampah menumpuk dan menyumbat laju air, sehingga ketika hujan turun air jadi meluap.
“Dulu permukiman warga kan belum padat seperti sekarang ini. Sehingga masih banyak lahan kosong sebagai daerah resapan air. Namun, beberapa tahun terakhir ini kan tanah-tanah kosong itu sudah terisi rumah semua. Itu otomatis penyerapan air sudah gak ada. Semakin berjalannya waktu, itu siring yang ada ini sudah mengalami kedangkalan, baik itu yang besar maupun yang kecil, itu yang terjadi di wilayah saya di Komplek Pemda,” jelas Talman.
“Entah siapa yang punya proyek itu saya juga gak tahu, itu malah bikin penyempitan di irigasi itu. Karena tiangnya besar-besar, kan akhirnya bikin sampah menumpuk, lama-lama makin sempit salurannya, menyumbat, karena waktu hujan deras kan air itu bawa sampah. Di belakang SD tingkat itu, kami warga sini juga kalau pas bersih-bersih kan susah mau masuk ke situ, kecil sekali lubangnya. Sudah itu ada tiang cor, bagian atasnya ditutup pula, kan jadi pengap,” tambahnya.
Senada dengan Talman, Ketua RW 05, Alamsyah juga merasa heran dengan sikap Pemkot Metro. Alamsyah menilai pemerintah secara sembrono melakukan pekerjaan-pekerjaan pembangunan, tanpa memperhitungkan dampaknya bagi lingkungan. Bahkan keluhan dan protes dari warga juga tidak digubris.
“Penutup siring itu kan mencakup dua lingkungan, dulu waktu proses pengerjaan proyeknya, sudah pernah ada protes dari warga, bahkan juga sudah diangkat beritanya oleh wartawan, tapi entah kenapa juga kok proyeknya tetap dilaksanakan. Fungsi irigasi itu ditutup juga gak ada itu, entah untuk apa gak jelas. Pernah ada informasi untuk pelebaran jalan, masak iya pelebaran jalan kok cuma seratus meter, sudah gitu juga pelebaran jalan kok ada kayak semacam dinding pembatas gitu, untuk apa coba dipasang pembatas kan? Masak jalanan kok ada semen pembatas,” ujar Alamsyah.
Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya sudah sering bertemu langsung dengan Wali Kota Metro, menyampaikan keluhan-keluhan warga dan meminta dilakukan normalisasi saluran air, tapi tidak kunjung ada tindakan.
“Wali Kota Wahdi kan langsung turun itu pas banjir, nah saya langsung laporkan ke dia waktu itu, tentang kondisi di sini. Waktu banjir di sekitar Alfamart Indomaret itu. Seluruh RW sini itu turun semua juga lapor ke dia waktu itu. Iya kata dia waktu itu, ya iya iya saja. Gak ngerti lah kita, namanya kita mohon kan, ini kan keluhan warga,” tandasnya.
Di lingkungan RW 04, Komplek Pemda dan RW 05, Gang Subur, Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, terdapat lebih dari 60 rumah warga terendam banjir pada Senin, 23 Oktober 2022 lalu. Beberapa di antaranya merupakan rumah yang belum pernah terkena luapan banjir pada tahun-tahun sebelumnya. Titik banjir terdalam di RW 04 dan RW 05 Kota Metro mencapai lebih dari satu meter.(*)[Anggi]