Jejamo.com – Merokok lintingan tembakau kini mulai digemari lagi setelah sempat ditinggalkan karena dianggap tak keren. Tren ini banyak dilakukan anak muda di Semarang. Mereka meracik sendiri, karena tak ingin branding rokok pabrikan.
“Pengemarnya semakin banyak. Anak muda awalnya tak jatuh cinta pada tembakau. Tapi sekarang ada kecenderungan berbeda saat menikmati,” ujar Radika Perdana, pengelola Mukti Kafe, yang menyediakan berbagai macam tembakau kepada pengunjungnya. Minggu, 17/4/2016.
Menurut Radika, setiap hari selalu ada kalangan muda mencari tembakau. Mereka senang menikmati tembakau lintingan secara berkelompok, saat mengunjungi kafe yang dia kelola. “Satu rombongan sampai lima orang. Mereka menikmati tembakau dengan melinting sendiri,” ucapnya.
Mereka, kata Radika, juga tergabung dalam komunitas, seperti Pipe and Tobacco Club Indonesia (PTCI) dan komunitas zippo, maupun Perokok Bijak yang datang untuk berbagai informasi sambil mempraktekkan merokok dengan melinting.
Radika juga mengatakan, proses melinting tembakau itu memerlukan waktu. “Sedangkan rokok pabrikan, bisa dikonsumsi dengan mudah sambil kerja dan aktivitas lain,” katanya.
Mukti Kafe, menyediakan banyak tembakau khas Nusantara, yang diracik sesuai dengan kebutuhan perokok muda. Tercatat tembakau yang didatangkan dari berbagai daerah dengan aneka jenis itu, diracik dengan beragam rasa, seperti rasa min, stroberi, vanila, cokelat, kopi, serta rasa lain yang banyak disukai kaum muda.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerakan Masyarakat Tembakau Indonesia (GEMATI) Syukur Fahrudin menilai kegiatan melinting tembakau di kalangan muda, menarik. Apalagi, menurut dia, bila dikaitkan faktor sejarah nenek moyang. “Ini menarik karena meliting ada faktor hubungan sosial-budaya. Di balik melinting ada kultur sosial,” katanya.
Syukur juga menyatakan, fenomena melinting dalam mengkonsumsi tembakau, menjadi salah satu jawaban persoalan pertembakauan nasional. Dia menyebut, tembakau sebagai bahan baku rokok, sedang dikebiri banyak kelompok antitembakau. “Melinting atau tingwe (linting dewe) menjadi jawaban, ketika regulasi tak berpihak pada perokok, dan kebijakan pertembakauan lain,” ujarnya.(*)
Tempo.co