Jejamo.com, Kota Metro – Simpang siur anggaran Covid-19 di Kota Metro mendapat tanggapan Sekda Metro Bangkit Haryo Utomo. Menurutnya, proses serapan anggaran Covid-19 di tiap kelurahan masih terus berjalan.
Bangkit mengatakan, realisasi anggaran penanganan Covid-19 di 22 kelurahan untuk Kelurahan Tangguh Nusantara (KTN) dan warga yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah baru mencapai 50 persen.
“Anggaran dana Rp75 juta itu, pertama untuk KTN, kedua bantuan sembako, kemudian ada operasional KTN tim satgasnya, dan ada beberapa kegiatan lain yang mendukung penanganan Covid-19, dan itu masih terus berjalan. Dari laporan terbaru, dana sudah terserap sekitar 50 persen,” kata Bangkit saat dikonfirmasi, Selasa 10/8/2021.
Bangkit juga menyampaikan bahwa, dari anggaran tersebut belum ada yang dialokasikan untuk fisik. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) di masing-masing kelurahan yang masih enggan menjalin kontak dengan pasien Covid-19 isoman di rumah.
“Untuk yang secara fisik memang belum ada, sedang diprogramkan. Karena begitu fisik pokmas itu kan ada di situ. Pokmasnya juga agak enggan melaksanakan karena kontak. Sedang direm dulu, tapi sedang diprogramkan,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan, realisasi atas anggaran sebesar Rp75 juta dilakukan secara bertahap. Bangkit memperkirakan, realisasinya dapat berlangsung hingga 4 tahap.
“Realisasi tersebut baru tahap satu, kemungkinan bisa 3 tahap bisa 4 tahap. Tapi kemarin laporan dari Camat kondisi masyarakatnya yang belum berniat untuk kontak fisik dulu,” pungkasnya.
Sementara, salah seorang Lurah di Metro mengatakan anggaran Rp75 Juta yang dialokasikan tersebut tidak digelontorkan semua. Penyerapannya dilakukan bertahap sesuai Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang telah ditetapkan.
“Itu anggarannya baru dikeluarkan bulan Juli kemarin ini. Kita kan belanjakan sesuai RKA untuk item-itemnya, berupa bantuan logistik untuk warga yang sedang isoman. Kemudian bantuan nasi kotak untuk tim KTN yang bertugas kemudian bantuan BBM-nya juga ada, include di situ,” ucapnya.
“Dana itu bukan cuma buat isoman saja tapi untuk semuanya, include. Yang jadi masalah, anggaran Rp75 juta itu kenapa tidak dicairkan 1 tahap saja, kenapa harus bertahap-tahap. Tahap pertama itu sudah dan baru turun 20 jutaan, sedangkan yang isoman itu banyak. Kalau di sini malah tidak cukup, ya bagaimana. Dapatnya cuma 10 paket tapi warga yang isoman lebih dari itu,” ungkapnya.
Ia juga mengakui bahwa anggaran yang digelontorkan masih dipotong pajak setiap tahap pencairannya. Padahal anggaran tersebut salah satunya akan dibelanjakan sembako untuk warga yang menjalani isoman.
“Yang kita bagi ke warga isoman itu ada paket sembako yang isinya beras 5 kilogram, susu beruang, gula dan mi instan. Kita kasih satu pasien isoman itu hanya satu paket. Sebenarnya begini, bantuan itu kan bukan bicara kurang atau tidak kurang. Maksud saya itu jangan dibuat bertahaplah karena itu kan butuh proses dan birokrasinya panjang. Kita harus mengajukan dulu, ke kecamatan dulu, proses dulu dan tetap kena potongan pajak, potongannya tergantung itemnya pula,” imbuhnya lagi.
Sementara dari data realisasi pagu dan anggaran kegiatan Kampung Tangguh Nusantara (KTN) pada 22 kelurahan di Kota Metro hingga tanggal 26 Juli 2021 tercatat baru mencapai Rp813.543.050 atau hanya terserap 49,31 persen
Padahal, anggaran tersebut sudah disediakan sejak bulan April 2021 dengan total pagu Rp1.650.000.000. Anggaran yang dikelola kelurahan tersebut rencananya juga akan digunakan untuk membeli kebutuhan pangan yang nantinya dapat membantu warga yang menjalani isoman di rumah.
Tercatat, di 5 kelurahan pada Kecamatan Metro Pusat mendapatkan jatah sebesar Rp375 juta yang masing-masing kelurahan hanya menerima Rp75 juta.(*)[Abid Bisara]