Jejamo.com – Seorang remaja akhirnya tewas setelah melakukan ritual puasa selama 68 hari. Tragedi itu menjadi berita utama berbagai media nasional India sepanjang akhir pekan. Aktivis hak anak India mendesak polisi menangkap orang tua seorang remaja putri berusia 13 tahun dari warga minoritas Jain.
Remaja bernama Aradhana Samdhariya itu meninggal karena serangan jantung, sehari setelah selesai melakukan ritual dan melakukan arak-arakan keliling kota Hyderabad pada 3 Oktober 2016.
Orang tua si remaja diduga memaksa anaknya untuk menjalankan ritual puasa keagamaan dengan hanya minum air selama 68 hari, dua tahun berturut-turut. “Ini pembunuhan kejam yang direncanakan. Kami telah mengadukan orang tua dan pendetanya ke polisi,” kata P. Achyuta Rao, presiden kehormatan Balala Hakkula Sangham, kelompok aktivis hak-hak anak yang berbasis di Andhra Pradesh.
Polisi Hyderabad telah mendaftarkan pengaduan itu dalam laporan dan memanggil ayah serta kakek Aradhana untuk diperiksa. “Kami telah mendaftarkan kasusnya, penyelidikan akan dilakukan,” kata petugas polisi seperti dilaporkan Reuters.
Pihak keluarga mengatakan mereka telah menanyakan kepada Aradhana apakah dia ingin melanjutkan puasanya selama 68 hari penuh. “Menurut mereka, anak itu ingin menuntaskan puasanya,” kata polisi yang tidak disebut namanya itu.
Pihak keluarga telah membantah secara terbuka bahwa mereka memaksa Aradhana untuk berpuasa di masa suci Chaumasa, yang dijalankan komunitas Jain mulai Juli.
“Kami tidak menyembunyikan apa pun. Semua orang tahu Aradhana berpuasa. Mereka datang dan bahkan berfoto selfie bersama dia. Sekarang semua menyalahkan kami,” kata kakeknya, Manekchand Samdhariya, seperti dilaporkan NDTV.
Jainisme adalah sebuah agama kuno dengan prinsip utama antikekerasan serta mencintai semua makhluk. Sekitar 0,4 persen penduduk India menganut Jain, yang biasanya menjalankan diet vegetarian yang sangat ketat.(*)
Tempo.co