Rabu, Desember 18, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Susah-susah Gampang Bisnis Budidaya Jangkrik

Kandang budidaya jangkrik. | Zairi/Jejamo.com

Jejamo.com, Tanggamus – Bisnis budidaya jangkrik terbilang susah-susah gampang. Kalau sekadar beternak dan memperbanyak jangkrik sih masih mudah dilakukan. Lain soal untuk memasarkan jangkrik usai panen, ini yang butuh usaha ekstra.

Demikian pengakuan Diki, salah seorang peternak jangkrik asal Pekon Sukamara, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus. Sudah tiga bulan terakhir ia menjalani budidaya jangkrik. Awalnya Diki termotivasi oleh tetangganya yang sukses bisnis budidaya jangkrik.

Menjadi peternak jangkrik, ujarnya, tidak terlalu rumit. Proses awalnya dengan menyiapkan bibit berkualitas untuk menghasilkan telur yang baik. Bibit jangkrik menjadi faktor yang paling penting dalam kesuksesan usaha ternak jangkrik, serta didukung dengan kandang dan tempat yang teduh jauh dari kebisingan.

“Umur indukan atau bibit idealnya 1.5 bulan, lalu ditempatkan di boks terpisah yang sudah disiapkan rumah-rumah dari karpet telur. Kemudian beri beberapa nampan yang sudah diisi pasir halus tempat jangkrik nantinya bertelur,” jelas Diki kepada Jejamo.com, Jumat, 24/9/2021.

Lalu, setiap tiga hari sekali nampan berisi pasir diganti dan diayak untuk memisahkan telurnya dari pasir. Begitu seterusnya sampai dianggap indukan sudah tidak lagi bertelur. Kemudian telur dieramkan dengan mengunakan pasir dengan kelembapan tertentu dan selama tujuh hari telur akan menetas.

“Jangkrik sudah bisa dipanen setelah umur 30 hari, atau sebelum jangkrik tumbuh sayap. Satu boks ukuran 1.5 meter x 4 meter bisa menghasilkan 15 sampai 20 kilogram, dengan harga jual Rp50 ribu per kilogram dan menghabiskan 20 kilogram pakan ternak ayam,” imbuhnya.

Diki mengeluhkan sulitnya pemasaran pascapanen karena masih bergantung pada kios-kios penjualan burung sebagai tempat menjual jangkrik. “Semoga ada pengepul yang khusus menampung hasil panen kami,” harapnya.(*)[Zairi]

Populer Minggu Ini