Rabu, November 13, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Tak Diberi Makan Dinas Pariwisata Bandar Lampung, Monyet Hutan Kera Sering Masuk Rumah Warga

Kawanan monyet di Hutan Kera, Kampung Tirtosari, Sumurbatu, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Rabu, 20/7/2016. | Andi Apriyadi/Jejamo.com
Kawanan monyet di Hutan Kera, Kampung Tirtosari, Sumurbatu, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Rabu, 20/7/2016. | Andi Apriyadi/Jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Sudah dua tahun satwa monyet ekor panjang di Utan Monyet atau Hutan Kera di Sumurbatu, Kampung Tirtosari, Bandar Lampung, tak diberi makan oleh Dinas Pariwisata setempat. Akibatnya, satwa itu sering mengambil makanan milik warga dan merusak tanaman setempat.

Demikian dikatakan Komalasari (42), warga Sumurbatu, Kampung Titosari, Telukbetung Utara.

“Sudah tidak ada kasih makan lagi. Itu sudah lama banget, kira-kira hampir dua tahunan. Sekarang kawanan monyet mencari makan sendiri yang didapat dari sampah atau dari pengunjung yang datang,” ujarnya kepada jejamo.com di kediamannya di lingkungan Hutan Kera, Rabu, 20/7/2016.

Kata Komalasari, kawanan monyet acap memasuki rumah warga dan mengambil makanan. Kawanan satwa itu juga acap merusak tanaman.

“Kemarin ada beberapa monyet masuk ke warung milik warga sini. Lalu mengambil makanan yang dijual di warung itu. Bahkan, dua tahun lalu, ada monyet yang menggigit anak kecil,” ungkapnya.

Hal senada disampaikan Subagio (63), warga setempat. Ia menjelaskan, sudah empat tahun tidak melihat pegawai Dinas Pariwisata Bandar Lampung atau dinas lainnya yang memberi makanan kawanan monyet di Hutan Kera.

“Seingat saya yang sehari-hari di sini dan sering antar pengunjung lihat monyet, tidak ada yang memberikan makanan dari dinas manapun. Akibatnya, monyet itu sering masuk ke rumah warga,” ungkapnya.

Menurutnya, kalau dulu, kawanan monyet sempat diberi makan setiap hari. Dirinya juga sempat diberikan tugas untuk memberikan makan untuk satwa di sana.

“Sudah empat tahun tidak dikasih makan. Kalau dulu enggak pernah kosong. Setiap hari dikasih makan. Dulu saya sempat merawat untuk memberi makan, Rp600 ribu untuk sebulan. Itu berjalan hanya empat bulan. Terus diganti orang tanpa pengetahuan saya dan sekarang tidak ada yang memberi makan,” urainya.

Kata Subagio, kalau kera-kera tersebut diberi makan, tidak mungkin mengganggu warga dan merusak tanaman warga.(*)

Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini