Oleh H Mohamad Suharsono, Lc
Biro Kepatuhan Syariah (BKS) Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)
Allah SWT telah menjadikan salat sebagai indikator utama keislaman seseorang. Hal tersebut disampaikan melalui lisan Nabi Muhammad SAW: “Yang membedakan seorang muslim dengan kafir adalah meninggalkan salat”.
Bagi seorang muslim, salat bukan hanya sekedar kewajiban yang dilakukan lima kali sehari semalam, tetapi ia sudah menjadi kebutuhan dan salah satu sarana mendekatkan diri, berdialog dan berdoa dengan Rabb-Nya dan Rasulullah SAW banyak memberikan manfaat atau keutamaan di dalamnya.
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah shalat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang tua, dan jihad di jalan Allah”. (HR Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan”.
Allah SWT menyampaikan dalam Alquran akibat jika seorang muslim menunda dan mengakhirkan waktu salat: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan”. (QS Maryam: 59)
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat”. (QS Al Mudatstsir: 42-43)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya”. (QS Al Maa’uun: 4-5)
Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya al-Kabair, menceritakan sebuah hikayat: Seorang salafush saleh yang telah ditinggalkan saudara perempuannya karena meninggal dunia. Ketika ia telah selesai menguburkannya, tas yang berisi hartanya terjatuh di atas kuburan saudarinya tanpa ada seorang pun yang tahu.
Ia pun kembali ke kuburannya tersebut, ketika sampai di kuburan saudarinya, terkejutlah ia karena mendapati kuburan saudarinya mengeluarkan api yang menyala-nyala, ia pun memadamkannya dengan tanah kemudian pulang menemui ibunya sambil menangis.
Ia bertanya kepada ibunya: “Duhai ibunda ceritakan padaku apa yang terjadi dengan saudariku dan apa yang telah ia lakukan sebenarnya?”
Ibunya menjawab: “Kenapa engkau bertanya seperti itu anakku? “Wahai ibunda, aku melihat kuburan saudariku telah menyala terbakar oleh api,” jawabnya.
Ibunya menangis dan berkata: “Wahai ananda, saudarimu ketika semasa hidupnya ia sering menunda waktu salat dan mengakhirkannya”.
Semoga Allah SWT sentiasa menjaga kita semua untuk istikamah dalam melaksanakan salat lima waktu tepat pada waktunya. Aamiin. Wallahua’lam bishowab.(*)