Jejamo.com, Bandar Lampung – Menjadi penulis profesional tidaklah semudah apa yang dibayangkan kebanyakan orang. Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi, salah satunya adalah menembus media atau penerbit. Penolakan menjadi hal yang pasti dialami hampir semua penulis, khususnya penulis pemula.
“Karenanya menjadi penulis adalah sejauh mana anda tahan banting ditolak media atau penerbit. Jika kita tidak menyerah, Insya Allah kita bisa menjadi penulis profesional,” ungkap Tere Liye dalam Seminar Nasional Kepenulisan di IAIN Raden Intan Bandar Lampung, Kamis, 12/5/2016.
Pada kesempatan itu, penulis sejumlah novel best seller ini berbagi pengalaman tentang bagaimana ia beberapa kali ditolak media dan penerbit saat mengirimkan naskahnya.
Tere Liye menulis sejak SD. Saat itu ia kerap mengirimkan puisi dan artikel ke salah satu majalah anak-anak terkenal. Karyanya, kata dia, ditolak pihak majalah. Hal ini diakuinya sempat membuatnya enggan menulis hingga akhirnya ia vakum hingga SMA.
Semasa SMA semangat menulis kembali berkobar. Ia pun mencoba menulis artikel untuk kemudian dikirimkan ke salah satu media lokal di Lampung. Kebetulan saat itu Tere Liye berdomisili di Lampung dan mengeyam pendidikan di SMAN 5 Bandar Lampung (kini SMAN 9 Bandar Lampung).
Hobinya mengirimkan artikel berlanjut hingga di perguruan tinggi. Namun, naik setingkat, ia mulai mengirimkan artikel-artikelnya ke media nasional.
“Di media nasional inilah mendapatkan banyak penolakan. Dengan berbagai alasan,15 artikel yang semuanya tidak diterbitkan. Baru artikel ke 16, pihak media bersedia menerbitkan. Jika saya berhenti, kemungkinan tidak satu pun artikel saya yang akan diterbitkan,” cerita Tere Liye.
Dari artikel di media cetak, targetnya dalam karir kepenulisan naik lagi dengan menerbitkan novel. Salah satu novel pertamanya yang begitu banyak mendapat penolakan adalah novel Hafalan Surat Delisa. Tak disangka kini novel tersebut kini menjadi salah satu novel best seller di Indonesia, bahkan sudah difilmkan.
“Semua penulis, sehebat apa pun pasti pernah ditolak. Tapi mereka tidak pernah menyerah. Intinya teruslah menulis, menulis, dan menulis. Jangan pedulikan penolakan yang Anda terima, tugas seorang penulis adalah menulis dan menghasilkan karya,” pungkasnya.
Dari pantauan jejamo.com, suasana seminar berlangsung interaktif demgan adanya tanya jawab oleh audiens. Pada kesempatan itu, peserta juga diperkenankan meminta tanda tangan dari Tere Liye. (*)
Laporan Siti Mualifah, Wartawan Jejamo.com