Jejamo.com – Konflik bersenjata di Sudan Selatan membawa malapetaka bagi warga yang terkurung perang. Kelaparan dimana-mana, kaum ibu bahkan tidak bisa lagi menyusui anak-anaknya.
Beberapa minggu setelah pertempuran mematikan pecah di Sudan Selatan, kelompok bantuan mengatakan gerakan mereka dibatasi. Kekerasan dan ketatnya pos pemeriksaan pemerintah menyebabkan aktivitas kemanusiaan terhambat untuk menjangkau warga yang kelaparan.
Selama pertempuran yang intensif Juli lalu, pasukan pemerintah Sudan Selatan menjarah gudang pangan PBB. Bahan makanan untuk 220.000 orang dikuras habis.
Kelaparan hebat mendera daerah konflik. Anak-anak menderita gizi buruk parah. Kaum ibu tidak bisa lagi menyusui anak-anak mereka karena tidak mendapat makanan.
Kelompok-kelompok kemanusiaan melaporkan bahwa di bagian negara akses mereka dibatasi oleh pos-pos pemeriksaan pemerintah atau pertempuran masih berlanjut.
PBB memperkirakan, sebanyak 4,8 juta warga Sudan Selatan menghadapi kekurangan pangan yang parah. Sejauh ini kelompok bantuan hanya mampu menyiakan sedikit makanan bagi 2,8 juta jiwa.
Lebih dari 160.000 orang tinggal di enam kamp pengungsian yang dikelola PBB di seluruh negeri, banyak dari mereka di lokasi terpencil dengan akses terbatas ke pasokan.(*)
Kompas.com