Jejamo.com, Jakarta – Tiga bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menerima kucuran pinjaman senilai US$3 miliar dari China Development Bank (CDB) tahun lalu. Meski demikian, ketiga bank tersebut masih berencana kembali menarik utang dari bank sumber yang sama.
Dalam rapat dengar pendapatan dengan Komisi VI DPR RI Ketua Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) Asmawi Syam mengatakan bank-bank BUMN masih berpotensi menarik utang guna memenuhi kebutuhan pembiayaan dalam jumlah besar salah satunya untuk proyek infrastruktur.
“Kami masih ada rencana pinjam lagi yang pasti kami lihat kebutuhannya seperti apa,” ujar Asmawi, dilansir CNN Indonesia, Senin, 29/8/2016.
Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Utama Bank Negara Indonesia (BNI) Ahmad Baiquni. Baiquni mengatakan kebutuhan pembiayaan infrastruktur dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 ditaksir mencapai Rp5.000 triliun. Untuk itu diperlukan perbankan dengan kondisi likuiditas yang kuat guna memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut.
“Kalau di BNI pinjaman itu juga bisa dipakai untuk bayar surat utang yang jatuh tempo,” ujar Baiquni.
Kendati demikian Baiquni mengaku belum bisa menetapkan total kebutuhan dana serta waktu penarikan pinjaman.
Direktur Treasury BNI Panji Irawan mengatakan biasanya kebutuhan pendanaan selalu mengikuti rencana perseroan dalam mengejar pertumbuhan target kredit dan operasional. Penarikan pinjaman biasanya dilakukan jauh-jauh hari sebelum perjanjian kredit antar bank dan nasabah disepakati.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan karakter tenor yang cukup panjang serta bunga yang rendah membuat tawaran pinjaman CDB menjadi sangat menarik. Oleh sebab itu bank berlogo pita emas itu berniat untuk menarik pinjaman kembali dalam waktu mendatang.
“Kalau masalah pinjaman yang kemarin sudah clear dan tidak dipermasalahkan, ya kami mau tambah lagi,” ujar Kartika. (*)