Berita Mancanegara, jejamo.com – Sebuah tim investigasi penyelidikan kematian pemimpin Palestina, Yasser Arafat mengklaim mantan pemimpin Palestina itu dibunuh Israel. Hasil investigasi tersebut menyebutkan Arafat dibunuh di rumah sakit militer di Paris, Prancis.
“Komite penyelidikan telah mengidentifikasi pembunuh mantan Presiden Yasser Arafat, dan Israel bertanggung jawab soal itu,” kata Ketua Investigasi Tawfiq Tirawi, seperti dilansir laman Tempo dari Al-Araby Jumat, 13/11/2015.
Tirawi menjelaskan, pihaknya masih membutuhkan waktu untuk menjelaskan mengenai pembunuhan itu sebenarnya. Pengumuman itu dibuat pada Rabu, 11 November 2015, sehari sebelum peringatan sebelas tahun kematian Arafat, yang juga pernah memenangi hadiah Nobel Perdamaian.
Arafat meninggal di Rumah Sakit Militer Percy, dekat Paris, ketika berusia 75 pada November 2004, setelah dia mengeluh sakit perut saat berada di kantor pusatnya di Kota Ramallah, Tepi Barat. September lalu, tim penyidik Prancis menghentikan penyelidikan kematian Arafat tanpa membuat penuntutan atau mengeluarkan kesimpulan resmi.
Istri Arafat, Suha Arafat, mengaku suaminya dibunuh dan meminta penyelidikan di pengadilan Prancis pada 2012. Ilmuwan Swiss, yang melakukan tes dari sampel yang diambil pada jenazah Arafat, menemukan bahwa Arafat memiliki tingkat radioaktif polonium 18 kali lebih tinggi dari biasa.
Kelompok ilmuwan yakin hingga 83 persen bahwa pemimpin Palestina itu diracun dengan polonium. Sementara di negaranya, banyak rakyat Palestina percaya bahwa Israel yang telah meracuni Arafat, tapi tuduhan itu dibantah Israel.(*)
jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru Terpercaya