Jejamo.com, Kota Metro – Tokoh adat Marga Nuban dari Buai Runjung, Akhmad Husein (63) gelar Suttan Pengiran Rajo Kepalo Mego, meminta para Calon Wali Kota Metro tidak membawa atribut kesukuan dalam wilayah politik.
“Janganlah bawa pakaian kesukuan dalam politik, nanti muncul gap karena sentimen” katanya kepada jejamo.com, Selasa 20/10/2020.
Keturunan langsung dari Batin Kepala Mega, Gelar Pangeran Raja Tihang, Pesirah Marga Buai Nuban yang menghibahkan wilayahnya (cikal bakal Kota Metro) untuk didiami kolonis ini mengaku prihatin dengan praktik Politik Identitas.
Menurut Husein, politik identitas akan membawa perpecahan. “Sedih jika persatuan yang kita bina sekian ratus tahun rusak, lebih baik para kandidat wali kota pakailah baju yg umum tanpa menunjukan kesukuan” pintanya.
Pada Pilkada 2020, yang diikuti 8 Kabupaten/Kota, pakaian adat Jawa aktif digunakan sebagian Calon kepala daerah untuk menarik simpati publik.
Data demografi Provinsi Lampung menunjukan 62% penduduk Lampung terdiri dari suku Jawa, dan 45% terdiri dari suku Lampung. Mata pilih bersuku Jawa kerap menjadi sasaran target Politik Identitas.
Mufti, salah satu calon Wali Kota Metro asal Lampung Tengah, diketahui aktif menampilkan pakaian dan idiom budaya Jawa dalam setiap sosialisasi program dan visi.
Penelusuran jejamo.com, tim media sosial Mufti aktif meng-upload kartun bahagia yg berisi dialog program menggunakan bahasa dan idiom budaya Jawa.
Saat dikonfirmasi mengenai motivasi Mufti aktif mengenakan atribut dan idiom budaya Jawa, Ahmadsyam, Kepala Bidang Publikasi Tim Pemenangan Mufti-Saleh menolak untuk memberi jawaban. “Sepertinya tidak ada yang perlu ditanggapi” tulisnya dalam pesan WA kepada jejamo.com.
Menilik komposisi demografi, Kota Metro memiliki jumlah mata pilih bersuku Jawa yang lebih besar dibanding suku lain. Secara Histori penduduk Kota Metro adalah kolonis yang didatangkan dari Jawa Tengah pada 1936.
Komposisi demografi mata pilih diyakini mengundang beberapa politikus menggunakan cara instan untuk menarik simpati warga Kota Metro.
Mereka tidak menyadari kerusakan yang muncul setelah pesta demokrasi berakhir. Yaitu terbelahnya masyarakat dalam jurang perbedaan, keluh Arman AZ, Sastrawan sekaligus peneliti sejarah Lampung.
Ketua Bawaslu Kota Metro, Mujib (48), meminta para calon wali kota bersikap bijaksana dan menghindari perpecahan. “Hendaklah bersikap bijak dan menjauhi hal-hal yang menimbulkan perpecahan” himbaunya saat ditemui Jejamo.com di ruang kerja.
Mujib menekankan agar para calon wali kota lebih mengedepankan program kerja, visi dan misi dalam kampanye dan sosialisasi secara langsung maupun di Media Sosial. [Arif]