Rabu, November 13, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Tolak Iuran Naik, Banyak Warga Lampung Terbantu dengan BPJS Kesehatan

Nurkholis, warga Lampung Timur yang sedang mendaftarkan anaknya di RSUD Abdul Moeleok untuk mendapat rujukan pengobatan di Jakarta | Sigit/jejamo.com
Nurkholis, warga Lampung Timur yang sedang mendaftarkan anaknya di RSUD Abdul Moeleok untuk mendapat rujukan pengobatan di Jakarta | Sigit/jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung –  Meski kenaikan iuran BPJS Kesehatan menimbulkan pro dan kontra, adanya layanan jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, dirasakan sangat meringankan banyak masyarakat di Lampung saat berobat.

Hal itu seperti dikatakan Mirna, warga Kelurahan Karang Maritim, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung. Menurutnya, ibunya yang bernama Yuliawati (60) yang harus melakukan cuci darah dua kali seminggu.

“Transfusi darah, rawat jalan, rawat inap, sampai cuci darah, biayanya gratis. Menurut diagnosa dokter ginjal ibu saya sudah dibawah 5 persen. Tapi Alhamdulillah sekarang sehat-sehat saja,” ujar Mira, saat dihubungi jejamo.com melalui sambungan telepon, Kamis, 17/3/2016.

Menurut Mira, selama pasien mengikuti aturan BPJS, akan diberikan pelayanan yang baik. “Kalau kita mengikuti aturan, semua di cover BPJS. Misal bagi pembayar iuran kelas I yang harus di kelas satu saat dirawat,” jelasnya.

Hal senada dikatakan oleh Nurkholis, warga Lampung Timur, ia mengurus rujukan untuk berobat anaknya yang terkena jantung bocor di RSUDAM, mengatakan tidak dipungut biaya karena menggunakan BPJS.

“Anak saya sakit jantung bocor, dan saat ini sedang dirujuk ke Jakarta untuk berobat di sana. Alhmadulillah tidak keluar biaya karena memakai BPJS,” ujarnya

Menurut Nurkholis dengan adanya pelayanan BPJS Kesehatan dirinya sangat terbantu. Karena menurutnya, biaya pengobatan untuk saat ini sangat mahal bila tanpa BPJS.

Namun, demikian menanggapi kenaikan iuran BPJS mulai 1 April 2016, ia mengaku tidak setuju dengan hal itu. “Untuk kenaikan iuran, sebaiknya nanti dulu. Mereka harus melihat masyarakat bawah, pasti mereka akan keberatan. Kalau bisa untuk saat ini distabilkan dulu, masyarakat masih banyak yang belum paham,” tutupnya.(*)

Laporan Sigit Sopandi, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini