Selasa, November 12, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Tony Blair Akui Invasi Amerika-Inggris Terhadap Irak Sebabkan Munculnya ISIS

ISIS
Pejuang ISIS menunjukkan bendera mereka disela-sela peperangan | mirror.co.uk

Berita Mancanegara, Jejamo.com – Mantan Perdana Mentri Inggris Tony Blair mengakui invasi Amerika Serikat dan Inggris terhadap Irak pada 2003 lalu, turut berpengaruh terhadap hadirnya organisasi Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS saat ini.

Hal tersebut dinyatakan Blair dalam wawancara khusus dengan pembawa acara CNN, Fareed Zakaria, Minggu, 25/10/2015.

 
“Tentu saja, kami yang menggulingkan Saddam pada 2003 punya tanggung jawab atas situasi pada 2015. Tapi penting untuk dicatat, Arab Spring pada 2011 mungkin juga berpengaruh bagi Irak hari ini, dan yang kedua, ISIS punya pangkalan yang kuat di Suriah, bukan Irak,” ujar Blair, seperti dikutip Tempo.co.

Pada kesempatan itu, Blair juga meminta maaf atas keikutsertaan Inggris dalam invasi Irak tersebut. “Walaupun Saddam Hussein sering menggunakan senjata kimia terhadap rakyatnya sendiri, program senjata pemusnah massal itu tidak ada,” ujarnya.

Pernyataan Blair tersebut merujuk pada laporan intelijen yang menyebutkan Presiden Irak Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal, yang menjadi dasar serangan AS dan Inggris ke negara itu. Namun belakangan diketahui laporan intelijen itu salah. Tapi invasi telanjur dilakukan, pemerintah Saddam hancur, dan ia dieksekusi pada Idul Adha 2006.

Lengsernya Saddam tidak kunjung membuat Irak damai. Peperangan demi peperangan terus terjadi di negara itu. Salah satunya adalah konflik sektarian yang memakan banyak korban jiwa. Berbagai kelompok militan muncul, contohnya Al-Qaeda dan belakangan ISIS. Puluhan ribu warga sipil Irak, lebih dari 4.000 tentara AS, dan 179 personel militer Inggris terbunuh dalam operasi di Irak itu.

Blair mengaku tidak tahu bahwa dampak invasi itu akan sangat parah dan berkepanjangan. “Saya meminta maaf atas kesalahan dalam perencanaan dan pemahaman tentang apa yang akan terjadi setelah kami menggulingkan rezim Irak,” ujarnya.

Meski begitu, Blair tidak menyesal dan menolak meminta maaf atas tergulingnya Saddam. “Saya tidak bisa meminta maaf atas lengsernya Saddam. Saya kira, bahkan hari ini lebih baik dia tidak ada di sana dibanding masih ada,” katanya.(*)

Jejamo.com, Portal Berita Lampung Terbaru dan Terpercaya

Populer Minggu Ini