Jejamo.com – Pihak bewenang di tanah air disarankan untuk berubah dalam standar pelaksanaan tes narkoba bagi seseorang. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad Faqih menyatakan uji rambut lebih akurat untuk mengetahui seseorang mengkonsumsi narkoba atau tidak.
Menurut Faqih, hal itu dapat membantu mengidentifikasi pengguna yang bersifat sesekali atau pecandu yang sudah akut, pengguna situasional sulit ditebak bila sekadar tes urine. “Pemeriksaan urine atau darah ini ada kelemahan. Kalau tidak mengkonsumsi narkoba 1-2 minggu, saat diperiksa hasilnya negatif. Meskipun dia sebenarnya pemakai,” katanya.
Shinta Dame Simanjuntak Direktur Peran Serta Masyarakat BNN sepakat bahwa hasil dari uji rambut lebih valid. Alasannya, zat-zat narkoba yang dikonsumsi lebih lama terserap di rambut. “Kalau botak gimana? Ya, pakai rambut bagian tubuh lain,” tuturnya.
Namun Shinta menuturkan ada keterbatasan dalam uji rambut. Saat ini Indonesia tidak memiliki alat yang cukup. Peralatan yang memadai hanya berada di kantor pusat BNN di Cawang. Proses pemeriksaan pun memakan waktu 2 hingga 3 hari.
Meski ada keterbatasan, dia memastikan BNN siap bila dilibatkan KPU untuk uji rambut kepada semua peserta pilkada mendatang di Indonesia. BNN meminta KPU membuat mekanisme yang jelas untuk mengakomodasi tes kepada pasangan calon yang berada di daerah-daerah. “Bisa kirimkan sampel dari daerah, sehari kirim, lalu kami butuh 2-3 hari,” katanya.
Uji rambut ini diharapkan mencegah adanya kepala daerah terpilih tersandung kasus narkoba. Sebelumnya, Bupati Ogan Ilir Ahmad Wazir Noviadi ditangkap BNN karena diduga sebagai pengguna narkoba. Ia ditangkap sebulan setelah menduduki jabatannya.(*)
Tempo.co