Jejamo.com, Kota Metro – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Achmad Yani Kota Metro menggelar jumpa pers terkait berita dugaan penolakan pasien hingga menyebabkan meninggal dunia.
Plt Direktur RSUD Amad Yani dr. Hartawan menyampaikan, tidak ada unsur kesengajaan dalam menolak pasien atas nama Yohanes Erlangga (27) warga Hadimulyo Timur Metro Pusat.
“Kami tidak ada unsur penolakan terhadap pasien yang viral beberapa hari lalu, namun kondisi kami dilema, bila pasien kami terima percuma, karena memang tidak dapat kami tangani, dikarenakan kami tidak memiliki oksigen, ditambah lagi pasien memerlukan oksigen dan stok kami kosong,” ujar Hartawan saat jumpa pers, Jumat, 30/7/2021.
Dia juga menyampaikan, pihak rumsah sakit sudah menyarankan pasien untuk beralih ke rumah sakit yang memiliki oksigen lantaran ruang IGD dalam kondisi penuh.
“Kami tahu pasien gawat darurat harus ditangani, kami juga sudah disumpah, namun kembali lagi, kalau pasien kami terima namun tidak tertangani karen oksigen tidak ada, nantinya akan ada komplain juga. Bed di rumah sakit juga penuh, kami pasrah, dan tidak tahu harus berbuat apa.” imbuhnya.
Pihaknya juga mengaku angkat tangan atas persoalan keterbatasan oksigen saat ini.
“Memang pasien betul datang ke RSUD Ahmad Yani sekitar pukul 14.30 WIB. Kondisi saturasi oksigen pasien waktu itu hanya 50 persen. Kalau kita kondisi normal ini kan saturasi oksigennya di atas 90 persen. Jadi memang betul-betul dia membutuhkan oksigen,” kata Hartawan.
Dia kembali menegaskan dalam kondisi dilema karena hanya terdapat dua pilihan dalam upaya penanganan pasien. Pertama pasien diterima, namun tidak bisa mendapatkan oksigen. Kondisi ini tentu akan membuat keluarga pasien komplain. Kedua, menyarankan untuk ke rumah sakit lain yang juga berakhir tidak mengenakkan.
“Kalau kita terima nanti di Rumh Sakit Ahmad Yani, di UGD dia tidak akan dapat oksigen. Kalau dia tidak dapat oksigen, jelas keluarga akan lebih komplain. Jadi dilemanya dua, apakah mau kita tidak terima dengan kondisi penyampaian bahwa memang kondisi oksigen kita kosong. Atau kita terima dengan keluarga komplain, ngapain terima karena oksigen kosong. Akhirnya kondisi memberatkan pasien. Itulah yang menjadi dilema bagi kita. Karena oksigen kita benar-benar yang tersegel kosong. Jadi bukan menolak,” lanjutnya.
Dirinya juga mengatakan, pasien Covid-19 yang ditangani RSUD Ahmad Yani penuh sehingga tak dapat menampung Yohanes. Selain itu, kondisi oksigen juga benar-benar kritis bahkan di ruang IGD terdapat 27 pasien, sementara oksigen yang terpakai ada 24.
“Artinya ada 3 pasien yang tidak menggunakan oksigen. Sedangkan di ruang isolasi ada 43 pasien Covid-19 yang sudah menggunakan oksigen,” ujarnya.
Diakuinya, masalah ketersediaan oksigen merupakan masalah nasional. Masalah oksigen tersebut juga kata dia, betul-betul menguras pikiran dan menyebabkannya stres.
“Karena oksigen ini kita benar-benar berlomba-lomba. Kita ada dua rekanan di lampung Tengah dan Natar Lampung Selatan. Kita juga ke PT Pusri Palembang. Tapi kita harus berpacu dengan waktu. Karena pasien Covid kami tidak berhenti. Sedangkan kebutuhan oksigen yang ada hanya cukup untuk pasien yang dirawat,” paparnya.
Dirinya juga menyebutkan, stok oksigen dari rekanan di Natar yang biasanya banyak sempat terhambat karena ada demontrasi warga.
“Biasanya maksimal pukul sebelas siang datang, tapi karena ada demo di Natar yang meminta keluarga berebut oksigen, akhirnya truk-truk yang sudah MoU dengan rumah sakit itu tidak bisa keluar. Kondisi itu yang membuat adanya keterlambatan oksigen,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Metro Wahdi kepada media menegaskan tidak ada penolakan pasien dan dipastikan stok ketersediaan oksigen Kota Metro paling kuat.
“Tidak ada penolakan pasien, saya jaminannya, terkait oksigen kita terus berusaha dan ketersediaan oksigen di Kota Metro paling kuat. Lalu terkait keluhan pelayanan non-Covid-19, setiap pelayanan pasti ada keluhan, tapi tolong pikirkan juga tenaga kesehatan yang terus berjuang hingga meninggal, hari ini saja dua orang meninggal, kemarin satu, jadi tolong perhatikan, tidak ada penolakan pasien sama sekali,” tegasnya.
Sementara itu, perwakilan keluarga almarhum Yohanes Erlangga menyampaikan akan meneruskan kejadian ini ke Ombudsman RI.
“Akan kami lanjutkan kejadian ini ke Ombudsman Provinsi Lampung,” katanya.(*)[Abid Bisara]