Rabu, November 6, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Wakil Rektor IAIN Metro Ingatkan Pemimpin Harus “Mbangun Kahyangan”

Wakil Rektor Bidang II IAIN Metro, Dri Santoso, saat memimpin apel di kampus setempat, Senin, 9/1/2023. | Anggi/Jejamo.com

Jejamo.com, Kota Metro – Wakil Rektor Bidang II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Dri Santoso, secara singkat menjelaskan sejarah masifnya penyebaran agama Islam di Indonesia dan kaitannya dengan jiwa kepemimpinan.

Dosen bergelar doktor bidang studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah) jebolan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung itu mengisahkan saat-saat gencarnya penyebaran agama Islam, khususnya di tanah Jawa oleh ulama-ulama di masa silam yang banyak menemukan hambatan.

“Islam di Indonesia itu disebarkan dengan cara-cara yang damai. Bayangkan bagaimana jadinya apabila Islam disebarkan dengan jalan konfrontasi di tengah masa kejayaan kerajaan Majapahit yang saat itu di bawah kepemimpinan Maharaja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada pada 1350-1389. Tentu itu menjadi suatu kendala besar. Bukan tidak mungkin akan pecah peperangan yang besar,” kata Dri Santoso saat menjadi pembina upacara apel di halaman kampus 1 IAIN Metro, Senin, 9/1/2023.

“Penyebaran Islam oleh para ulama di Pulau Jawa itu juga tentu sedikit terkendala dengan budaya dan tradisi orang-orang saat itu, yang sarat dengan ilmu kanuragan, kesaktian dan sebagainya. Wali Allah saat itu, menggaungkan dakwah dengan mengedukasi bahwa kalimat syahadat merupakan sumber dari segala kesaktian. Dibalut dengan ragam budaya seperti tembang Jawa dan seni pertunjukan wayang misalnya,” sambungnya.

Kendati demikian, lanjut Dri Santoso, masa-masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk disebutnya berjalan dengan menerapkan prinsip “mbangun kahyangan” yang pada akhirnya menjadi tahap awal Islam menuju masa kejayaannya di Indonesia.

“Salah satu kebesaran raja Majapahit pada saat itu menganut prinsip mbangun kahyangan. Itu maksudnya adalah bangun masyarakat yang sejahtera, bangun masyarakat yang damai. Mengembalikan sikap seorang pemimpin untuk kembali berorientasi kepada sikap mayoritas rakyatnya,” ujarnya.

“Sejatinya sosok pemimpin itu harus memiliki rasa asah, asih, asuh, ngopeni atau memelihara dan ngayemi memakmurkan. Hal yang demikian itu bertujuan agar tercipta suatu kemakmuran, keadilan, kesejahteraan dan gemah ripah loh jinawi,” imbuhnya.

Dia berharap, nilai-nilai moral yang terkandung dalam pribadi para pendahulu itu dapat diadopsi dan diterapkan di tengah masyarakat Islam yang moderat dewasa ini.

Kegiatan seremonial itu diikuti oleh Rektor IAIN Siti Nurjanah, Wakil Rektor Bidang I Ida Umami, Wakil Rektor Bidang 2 sekaligus Pembina Upacara Dri Santoso, Kepala Biro Ahmad Supardi beserta jajaran, Dekan Fakultas Tarbiyah Zuhairi, Dekan Fakultas Syariah Khusnul Fatarib, Kepala Pusat LPM Dedi Irwansyah, Kepala Pusat LPPM Aguswan serta puluhan dosen dan karyawan kampus setempat.(*)[Anggi]

Populer Minggu Ini