Kamis, Desember 19, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Yuk, ‘Ngobrol’ Berkualitas dengan Anak

Salah satu bentuk permainan dalam 1001 Cara Bicara. | Ist.

Jejamo.com, Yogyakarta – Fase remaja yang penuh ‘warna’ kadang tak bisa dimengerti oleh orangtua. Tak jarang, orangtua menilai dari sudut pandang orang dewasa.

Cara pandang dari sisi orang dewasa inilah yang kadang membuat komunikasi antara orangtua dengan anaknya yang menginjak usia remaja menjadi tidak sinkron. Sehingga komunikasi yang seharusnya dua arah menjadi metode ceramah.

“Pada usia remaja paling dekat dengan teman sebaya dan keluarga,” kata Dinar Pandan Sari dari SKATA, Selasa (1/10/2019) di Konferensi Internasional KB – Kespro, di Yogyakarta.

Dinar mengatakan, berkomunikasi dengan remaja memerlukan strategi tersendiri. Terlebih pada ranah kesehatan reproduksi.

Pembicaraan mengenai kesehatan reproduksi yang selama ini selalu dianggap tabu, kata Dinar, membuat cara pandang orangtua terpengaruh. Akibatnya, banyak orangtua yang memilih untuk tidak membicarakan hal itu.

Berdasarkan penelitian, sebanyak 62 persen remaja berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan teman sebaya. Kemudian, sebanyak 42 persen berdiskusi dengan ibunya.

“Bagaimana jika si orangtua tidak memiliki informasi mengenai kesehatan reproduksi ini?” katanya.

Padahal, orangtua memegang peranan penting dalam menyampaikan informasi yang akurat, memberikan motivasi, keterampilan sikap, dan menjadi role model dalam mempraktikkan perilaku yang dimaksud.

Akibatnya, kata Dinar, remaja mengakses informasi dari sumber lain tanpa filter, mulai dari teman sebaya sampai media sosial.

Menyikapi hal ini, SKATA yang adalah situs parenting dan diinisiasi oleh John Hopkins Center for Communication Program bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), meluncurkan program 1001 Cara Bicara.

Program 1001 Cara Bicara ini, kata Dinar, adalah program yang dibuat untuk menyasar orangtua. Agar, memiliki informasi dan tahu cara berkomunikasi dengan anak remaja.

Salah satu bentuk program ini yakni kartu permainan. Di dalam kartu tertera pertanyaan mulai dari masalah keluarga hingga pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Kasubdit Pengembangan Program Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Asep Sopari mengatakan, pihaknya sangat mendukung program tersebut. Karena, waktu  yang dihabiskan bersama di dalam keluarga sangat penting, termasuk melekatkan hubungan emosional orangtua dengan anaknya.

“Maka dari itu pada awal tahun ini kami pun telah meluncurkan Gerakan Kembali Ke Meja Makan sebagai upaya untuk menguatkan kembali fungsi keluarga,” katanya. []

Populer Minggu Ini