Jejamo.com, Kota Metro – Debat pertama calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro yang digelar di Hotel Aidia Grande pada Rabu malam, 23 Oktober 2024, mengungkap beberapa fakta menarik tentang visi, misi, dan program para kandidat.
Debat yang menampilkan calon Wakil Wali Kota Metro M Rafieq Adi Pradana dan Qomaru Zaman berlangsung dalam 6 segmen. Temanya, “Meningkatkan Kesejahteraan dan Pelayanan kepada Masyarakat Kota Metro.”
Di sesi awal, Rafieq menyampaikan fokus Mubaraq pada pengembangan ekonomi kreatif dan teknologi informasi. “Saat ini banyak pengusaha-pengusaha muda yang membutuhkan wadah, sebuah pemimpin yang bisa memfasilitasi kebutuhan mereka di bisnis ekonomi kreatif,” katanya.
Sementara Qomaru, menyampaikan pada 2023 sudah ada 19.800 UMKM di Kota Metro yang sudah bergerak semua dan dikawal Pemkot Metro. “Target kita untuk mengedepankan bahwa fungsi pemerintah adalah melayani sektor swasta, termasuk di dalamnya UMKM. Ini akan lebih kuat lagi jika kita memberdayakan Mal Pelayanan Publik di gedung Sessat yang memiliki 261 pelayanan,” jelasnya.
Pada pertanyaan soal kemiskinan dan pengangguran terbuka, Qomaru Zaman yang mendapat kesempatan menjawab mengatakan intervensi pemerintah merupakan suatu keharusan. “Dan itulah yang saya bersama Pak Wahdi lakukan,” katanya.
Data BPS Kota Metro, yang bisa diakses publik lewat website resminya, menunjukkan keberhasilan pemerintah kota menurunkan tingkat kemiskinan yang signifikan selama 2021 hingga 2024. Jumlah penduduk miskin turun dari 15,32 ribu jiwa pada 2021 menjadi 12,07 ribu jiwa pada 2024, dengan persentase kemiskinan yang berkurang dari 8,93 persen menjadi 6,78 persen. Sementara untuk tingkat pengangguran terbuka di Kota Metro turun dari 5,00 persen pada 2021 menjadi 3,60 persen di 2023, atau selama Wahdi-Qomaru memimpin Kota Metro.
Rafieq sendiri mengatakan bersama calon Wali Kota Bambang Iman Santoso akan mengimplementasikan strategi berbasis data dan teknologi informasi dengan potensi lokal. “Pasangan Mubaraq ingin mencari orang-orang berbakat yang bisa diberi pelatihan demi mendapatkan lapangan pekerjaan yang baru,” ucapnya.
Penjelasan yang disampaikan Qomaru menunjukkan bahwa dia memiliki pengalaman dan pemahaman mendalam terhadap permasalahan lokal dan apa yang diinginkan oleh warga. Sebagai calon petahana, Qomaru lebih bisa menjelaskan data dari hasil kinerja selama memimpin Kota Metro selama 3,7 tahun.
Sementara Rafieq, menawarkan gagasan baru yang umumnya berbasis teknologi untuk permasalahan Kota Metro. Seperti pembangunan platform digital untuk akses pekerjaan di sekitar Kota Metro. (*)